Kamis, 09 April 2015

Revara - Jakarta Story Part II (Hujan)

10 April 2015 ~09.50~

Ingin ku menghilang
Di tengah deru kota ini
Tetes air hujan
Hilangkan perih jiwa ini
Detik-detik berlalu
Takan kembali,seperti dulu

Jiwaku penuh dengan benci
Ragaku lelah tak berhenti
(TERLUKA,TERINJAK)
Hilang kan semua memori
anganku takkan pernah kembali,

Sejauhku melangkah
(hanya gelap yang ada)
Cahaya semu silaukan jiwa


Telah ku tinggalkan semua
Mimpi yang ada
Hilangkan lelah dari jiwaku
Jakarta penuh dengan benci
Jakarta takan pernah kembali
Jakarta penuh dengan derita
Jakarta takan pernah kembali

Afgan - Untukmu Aku Bertahan

10 April 2015 ~09.50~

Tenanglah kekasihku
Ku tahu hatimu menangis
Beranilah dan percaya
Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah
Namun kau takkan sendiri
Ku ada di sini

Untukmu aku akan bertahan
Dalam gelap takkan ku tinggalkan
Engkaulah teman sejati, kasihku
Di setiap hariku
Untuk hatimu ku kan bertahan
Sebentuk hati yang ku nantikan
Hanya kau dan aku yang tahu

Arti cinta yang telah kita punya
Beranilah dan percaya
Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah
Namun kau takkan sendiri
Ku ada di sini

Untukmu aku akan bertahan (akan bertahan)
Dalam gelap takkan ku tinggalkan
Engkaulah teman sejati, kasihku
Di setiap hariku

Untuk hatimu ku kan bertahan
Sebentuk hati yang ku nantikan
Hanya kau dan aku yang tahu
Arti cinta yang telah kita punya

Untukmu aku akan bertahan
Dalam gelap takkan ku tinggalkan
Engkaulah teman sejati, kasihku
Di setiap hariku

Untuk hatimu ku kan bertahan
Sebentuk hati yang ku nantikan
Hanya kau dan aku yang tahu
Arti cinta yang telah kita punya

Rabu, 04 Maret 2015

Kepada Orang yang Baru Patah Hati

4 Maret 2015 ~11.00~


Kepada Orang Yang Baru Patah Hati oleh Raditya Dika


Kepada orang yang baru patah hati, persilahkan dirimu untuk bersedih.
Orang-orang punya pandangan yang aneh tentang bersedih, seakan akan bersedih adalah hal yang tabu, seakan kamu harus buru-buru tertawa, setelah hal buruk menimpa.
Tapi tidak,seperti hujan di tepi senja, kamu harus membiarkan setiap sendu yang ada.
Setiap kematian butuh peratapan, begitupun cinta yang telah mati.
Maka lakukanlah apa yang orang patah hati lakukan.
Menangis hingga kamu tak mendengar suaramu sendiri.
Makan coklat sebanyak-banyaknya.
Mandi air panas hingga jarimu pucat.
Pergi ke cafe dengan tatapan nanar, pesan satu buah es teh manis, karena kopi mungkin terlalu pahit untuk diminum di saat seperti ini.
Izinkanlah dirimu bersedih.
Menangislah seakan ini terakhir kalinya kamu
dikecewakan orang.
Menangislah seakan kamu lupa caranya berharap.
Kepada orang yang baru patah hati, setelah kamu bosan bersedih, inilah saatnya kamu mengangkat dirimu kembali.
Mulai dengan hal yang mudah, kamu bisa mulai mencoba mengambil gitar, dan mengambil nada-nada mayor yang bahagia.
Ambil piano dan bermain soneta yang indah.
Atau jika kamu tidak bisa bermain musik, lihatlah dirimu di depan cermin, dan bersenandunglah.
Lalu di antara nada-nada itu, bisikan kepada dirimu sendiri, "Aku Pantas Untuk Bahagia".
Kepada orang yang baru patah hati, selalu ada teman untuk menemani kamu.
Pergilah bertemu temanmu, tertawalah sampai lupa waktu.
Tanyakan kabar teman yang lain.
Pamerlah keberhasilanmu di bidang-bidang yang kamu suka.
Dan jika memungkinkan nongkronglah sampai kamu di usir dari tempat itu.
Emang sih, kenangan terhadap dirinya kadang masih sering menghampiri, tempat yang pernah kalian datangi, tidak akan terasa sama.
Teman yang belum tahu mungkin akan menghampirimu dan bertanya, 'si dia mana ya?' , yang akan kamu balas dengan senyum tipis, entah bagaimana menjawabnya.
Tapi percayalah satu hal, semua ini akan berlalu.
Sama seperti hal lain di dunia, semua hal buruk pasti akan beranjak pergi.
Hujan pasti akan terganti langit biru, gelap pasti terganti terang dan luka pasti terganti dengan senyuman tipis di bibirmu.
Kepada orang yang baru patah hati, bersabarlah, karena di setiap gelap ada cahaya kecil, karena di setiap sakit ada pembelajaran, karena kamu pantas untuk bahagia kembali.

Sabtu, 21 Februari 2015

Sahabat Itu Berarti



18 Februari 2015

Sahabat Itu Berarti

Angin yang berhembus membawa kesejukan, ketenangan, dan kedamaian di dalam hati ini. Angin ini berhembus dan menjalar ke seluruh tubuhku. Aku harap ini hanya angin biasa bukan muson dari timur atau barat atau bahkan angin tornado asal Amerika. Angin ini membawaku sejenak melupakan masalah demi masalah yang menerpa diriku. Saat angin itu menghembuskan udara serasa menyejukkan hati, hilang sudah semua penat masalahku walaupun hanya sementara, setidaknya beban ini sedikit dapat berkurang. Hembusan angin perlahan menepa semakin kencang seiring dengan kecepatan motor yang kutambah. Hingga akhirnya aku sampai di sebuah rumah, sebuah rumah bergaya modern lama namun tampak teduh. Sekilas bising keramaian lalu lalang motor memecah keheningan di depan rumah tersebut, maklumlah rumah ini terletak di sebuah gang yang padat penduduknya. Aku pun mengirim pesan pada si empunya rumah, ia datang turun dari lantai dua rumahnya.
“Sedang apa kamu kemari?”, pertanyaan singkat dari sahabatku Ari, menunjukkan rasa perhatian pada diriku.
“Aku ingin menyejukkan perasaanku yang sedang gundah ini”, jawabku.
“Di rumahmu yang teduh ini”, imbuhku.
Masalah apa lagi yang menerpa dirimu?”, sebuah pertanyaan, yang langsung menuju intinya tanpa diawali basa-basi, ciri khas seorang Ari.
Aku masih belum bisa lepas dengan masalah itu, masalah yang sama. Paling tidak ijinkan aku merasakan teduhnya rumahmu yang bagai pohon rindang di tepi jalan Darmo ini, jawabku bimbang.
“Hah, emang rumahku penampungan buat orang yang gundah sepertimu”, jawabnya kesal. “Baik, masuklah unutk kali ini saja”, tambahnya.
“Selalu, kata-kata yang sama setiapku datang kemari dalam keadaan seperti ini, bagai pelangi yang selalu datang setelah hujan deras untuk membuat cerah hari-hari manusia yang sedang berdiri membelakangi matahari“, jawabku dalam hati.
Kucurahkan semua penatku, keluhku, dan juga perasaanku yang mengganjal kepadanya.
Semuanya berawal saat aku jatuh cinta pada seseorang, seorang pria yang bagiku terlihat sempurna. Leo, sebuah nama yang kuketahui namanya dari Ari.
“Kamu suka sama si Leo?”, pertanyaan Ari yang keluar secara spontan. “Kamu pasti bercanda kan?”, tambahnya.
“Ada apa emang? Apa yang salah soal jatuh cinta?“, tanyaku pada Ari.
“Jatuh cintanya ngga salah tapi subjekmu yang salah, Leo itu murid baru, kamu bahkan belum kenal dia siapa, dia gimana, dan orangnya seperti apa, ya kan?”, lagi-lagi pertanyaan yang menohok perasaanku.
“Tapi hatiku udah terlanjur jatuh saat di perpustakaan tadi”, jawabku tegas, sedikit tak percaya.
Tumben kamu rajin banget ke perpustakaan, udah kayak orang pinter“, kata Ari mengejekku meski ia tahu kebiasaanku.
        Aku pun bercerita kepadanya tentang kejadian di perpustakaan, hari ini adalah hari Selasa, sudah jadwal tetapku di hari selasa ini untuk meminjam Ensiklopedia Geografi yang baru dan mengembalikkan ensiklopedia yang aku pinjam minggu lalu di perpustakaan. Setelah aku mengembalikan ensiklopedia seri ke IX aku pun berjalan menuju rak buku ensiklopedia untuk mengambil ensiklopedia seri ke X. Namun aku kaget bukan main, bagaikan petir yang menyambar tubuhku secara tidak sengaja, ensiklopedia seri ke X itu sudah tidak ada di tempatnya. Ini adalah seri terakhir ensiklopedia dari pelajaran yang paling aku sukai, Geografi, namun bagai hujan salju yang jatuh menimpaku, membuat tubuhku membeku dan aku pun berjalan gontai menanyakan pada penjaga perpustakaan siapakah yang meminjam Ensiklopedia seri ke X ini.
“Leo“, jawaban sedikit keras namun singkat dari Ibu Santi , penjaga perpustakaan, namun membuatku berpikir panjang.
“Ada apa bu, kok sebut nama saya?“, terdengar suara dari belakangku
“ Ini ada Vira, dia biasanya pinjem Ensiklopedia Geografi itu tiap hari selasa, tapi udah kamu pinjem duluan”, jelas Bu Santi.
“Maaf, saya ngga tau kalo ensiklopedia ini ada yang minjem tiap minggunya, ini silahkan kamu pinjem aja”, sambil berkata dia menyodorkan ensiklopedia setebal 155 halaman itu padaku.
Lagian, aku uda baca kok mulai seri I sampai X, aku cuman mau baca sebentar tadi, karena lagi ada waktu luang”, imbuhnya.
“Kamu uda baca yang seri ke-VI, edisi khusus?”, tanyaku spontan dan penasaran.
“Tentu saja”, jawabnya sedikit sombong.
        Seri Ensiklopedia Geografi memang bemula dari seri I-X, namun di seri ke VI ensiklopedia mengeluarkan edisi spesial, yang secara khusus membahas mengenai bagaimana dunia dan benua-benuanya terbentuk melalui ilmu-ilmu yang ada pada pelajaran Geografi. Edisi khusus ini dikeluarkan pada seri ke VI untuk menandakan adanya enam benua di bumi ini; Amerika, Asia, Afrika, Australia, Antartika dan Eropa.
“Luar biasa“, teriakku dalam hati. Bahkan akupun belum pernah membaca edisi khusus itu selain tidak ada di pepustakaan sekolah, harga buku itu amatlah mahal untuk kubeli.
Baru kali ini aku menemukan seseorang yang mau membaca Ensiklopedia Geografi yang kata teman-temanku membosankan, namun Leo justru membacanya di waktu luangnya. Aku merasa jatuh cinta untuk kedua kalinya. Iya, kedua kalinya karena dulu aku pernah jatuh cinta dengan orang yang mirip dengan Leo.
“Ayo, kita ke kantin dulu”, ajak Ari kepadaku.
“Aku laper, lama-lama dengerin curhatanmu yang seakan ngga ada titiknya”, tambahnya menggerutu.
“Aku inget Virga kalo lagi makan di kantin ini”, kata-kata yang sama yang selalu keluar dari mulut Ari setiap kami makan di kantin pojok sekolah.
        Virga, seorang lelaki yang mampu meluluhlantakkan hatiku untuk pertama kalinya, sebuah perasaan yang tak bisa di bendung seperti awan cumulusnimbus yang tebal dan sulit untuk hilang. Perasaan yang seperti awan cumulusnimbus, di satu sisi memberikan warna terhadap cuaca di bumi dengan petir, awan hitam pekat dan hujan yang amat deras, di sisi lain seperti berkah bagi petani untuk menghapuskan musim kemarau yang berkepanjangan. Perasaan yang memang sulit ditebak namun itu pasti.
Virga-lah lelaki pertama yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya, dialah yang membuka mataku akan indahnya dunia Geografi dibalut dengan kejadian-kejadian pasti yang terjadi di alam ini. Virga adalah orang yang membuka mataku bahwa Geografi adalah salah satu ilmu sosial yang berkaitan langsung dengan alam dan memiliki posisi penting dalam keterkaitan bidang ilmu pengetahuan alam dan sosial. Geografi adalah satu-satunya ilmu pengetahuan sosial yang berkaitan langsung dengan cabang ilmu pengetahuan alam seperti Fisika, Kimia dan Biologi. Seorang Vira yang dulunya amat menggemari dan mendewakan ilmu pengetahuan alam dibuatnya kagum dan tak berdaya akan ilmu geografi yang begitu luas.
“Geografi itu tidak pernah kaku, tidak seperti Matematika yang 1+1= pasti 2, geografi itu berkembang seiring dengan waktu, penelitian dan percobaan, sebuah ilmu yang indah untuk dipelajari”, kata Virga mengebu-gebu.
        Aku sendiri sebenarnya bingung, bagaiman bisa aku mendengarkan ocehannya ini. Lalu aku berusaha mengingatnya, benar, dialah anak SMA kelas X pertama yang dengan berani menghadap kepala sekolah untuk mengajukan dibukanya Laboratorium Geografi, semua yang dikatakannya tadi dipresentasikan di depan kepala sekolah, di kantor kepala sekolah tepatnya. Tak hanya di depan kepala sekolah namun sekarang dia juga sedang menerangkannya padaku dan seluruh murid di  SMA Cita Harapan ini. Dia berusaha meyakinkan dan menggalang dukungan untuk dibukanya Laboratorium Geografi di SMA ini untuk pertama kalinya. Selain itu, Ari juga mendukung gerakan Virga ini, Ari memanglah anak yang penuh semangat dan berjiwa tegas dan selalu memperjuangkan apa yang menurutnya merupakan hal terbaik bagi dirinya dan orang di sekitarnya. Sehingga Ari dan Virga pun dengan cepat menjadi akrab dan bersahabat.
        Semenjak hari itu, aku selalu bertanya-tanya pada Virga tentang ilmu sosial, tentang geografi dan segalanya yang berkaitan. Ari, sahabatku sejak aku berada di SMP Bumi Kita, juga selalu ikut dengan kami dalam berdiskusi perihal itu semua. Tempatnya pun beragam mulai dari kelas, perpustakaan, hingga rumah Ari yang teduh pun kami buat tempat untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Hari-hari yang menyenangkan bagi kami bertiga hingga suatu hari, hari dimana kami menamainya Black Monday, Virga dan Ari dipanggil kepala sekolah.
“SMA ini adalah sekolah menengah atas yang menerapkan berbagai ilmu mulai sosial sampai alam, lalu mengapa saya harus membuka laboratorium khusus Geografi, yang jelas tidak membutuhkan laboratorium untuk mempelajarinya!”, ujar Pak Burhan, kepala SMA Cita Harapan.
“Permintaan kalian saya tolak, dukungan yang diberikan siswa juga tidak valid dan tidak mewakilkan keinginan mayoritas siswa, dan saya minta kalian menghentikan aksi untuk pembangunan Laboratorium Geografi ini, saya mohon maaf”, tambah Pak Burhan.
        Rasa kesal, karena ketidakadilan yang terjadi menyelimuti Virga,
“Ini tidak adil, Laboratorium Fisika, Kimia bahkan Biologi tiap tahunnya diperbaharui dan diperbaiki menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, masak hanya untuk membuka laboratorium Geografi yang baru tidak mampu!”, ujar Virga kesal.
“Tenanglah Ga, akan aku cari bantuan dari alumni sekolah ini untuk membantu membangun laboratorium idaman anak IPS ini”, kata Ari memberi semangat.
“Aku kesal Ri, aku ingin saat aku naik ke kelas XI nanti dan mengambil jurusan IPS, aku bisa menggunakan laboratorium Geografi itu”, tambah Virga.
“Baiklah aku akan minta bantuan ke ayahnya Reza, yang tahun ini terpilih sebagai Ketua Ikatan Alumni SMA Cita Harapan”, ujar Ari penuh harap.
“Terima kasih, teman“, kata Virga. “Teman?!!”, kata Ari menyahut. “Ayolah, kita ini sahabat!!!”, ujar Ari keras.
Aku yang memandang dari kejauhan sangat amat senang melihat sahabatku sejak SMP dan orang yang membuatku jatuh cinta begitu akrab. Aku merasa direstui oleh alam dan Yang Maha Penguasa untuk menyatukan perasaanku dengan Virga. Iniliah pertama kalinya aku jatuh cinta, kepada seorang yang bernama Virga. Sebuah perasaan yang bermula dari rasa suka, kagum biasa, yang berubah menjadi jatuh hati dan jatuh cinta.



Title and Opening by: Suryati Nanda Sari
Content and Story by: A.R.A.S
Next: Sahabat Itu Berarti (Kapan) ?
Cerita ini hanyalah karangan atau fiksi belaka, apabila terjadi kesamaan dalam cerita, nama, tempat maupun peristiwa, itu hanyalah bentuk ketidaksengajaan.

Selasa, 17 Februari 2015

Revara - No More


17 February 2015 ~17.02~

Revara - No More

Hey you, can you hear me calling
You're right there but you're not reacting
I know you're listening to me
No no i can't hear you calling
You're so far away and im crawling

I know that you're too blind to see
So what if we're not meant to be
not meant to be
Wake up , from the moment that i fall into
the ground
Straight up, lemme be my self and what i
want to be

No more, no i can never tell what's going on
So goodbye

Hey you, can you see me breathing
I cant feel and i think im failing
I dont know what is going on
I cant feel but i see you moving
We're alive but i think we're failing
I dont know what im doing here

So i guess we are not the same anymore
Wake up , from the moment that i fall into
the ground
Straight up, lemme be my self and what i
want to be

No more, no i can never tell what's going on
So goodbye
So long you're not the same anymore
I dont know what im doing here
Wake up , from the moment that i fall into
the ground
Straight up, lemme be my self and what i
want to be

No more, no i can never tell what's going on
No more, no i will never tell what's going on
So goodbye
So goodbye

Senin, 16 Februari 2015

Revara - Kembali

16 Februari 2015 ~23.50~
Revara - Kembali

Ingin ku mulai kata tapi ku tak bisa
Semua yang telah ada kini semakin menghilang
Berlarilah... menarilah tinggalkan ku
Kembali... apabila kau tlah sadari

Ku melangkah melangkah sendiri
Ku menanti semua yang tak pasti
Biarkanlah biarkan ku simpan hooo
semua yang tlah lelah kini semakin
menghilang
Berlarilah menarilah tanpa diriku whoo
Berlarilah bersama diriku
Ku melangkah melangkah sendiri
Ku menanti semua yang tak pasti

Birakanlah biarkan ku simpan rasa ini
semua yang tak ada semua yang terindah
Kini menjadi hampa sisakan kesunyian
Tak perlu kau pikirkan ku akan slalu ada
bila kau kembali

Ku melangkah melangkah sendiri
Ku menanti semua yang tak pasti
Birakanlah biarkan ku simpan rasa ini
semua yang tlah ada

Minggu, 15 Februari 2015

Revara - Semua Kan Terang

15 Februari 2015 ~08.37~

Ku mengejar jejak
Jejak yang telah lama tertinggal
Di dalam hatiku
Tak pernah ada, ada yang bisa menerangi
hari
Layaknya malam tanpa bintang bintang
Lalu kau ada temani langkah ku

Kau, mengindahkan semua
Rasa yang telah ada
Ku, tak kan pernah menghilang
Selamanya semua kan terang
Andai engkau tahu
Apa yang kurasa di dalam hati
Tegaskanlah

Semua yang ada agar engkau bisa, bisa
memiliki
Rasa yang telah ada di hatiku
Dan hari ini ku ingin temani
Kau, mengindahkan semua
Rasa yang telah ada
Ku, tak kan pernah menghilang
Selamanya semua kan terang

Bawalah anganku bersama kamu
Janganlah pernah ragukan semuanya
Kau pernah tanyakan semua

Akankah ku berkata
Menyatakan semua
Rasa yang telah ada
Kau, mengindahkan semua
Rasa yang telah ada
Ku, tak kan pernah menghilang

Selamanya semua kan terang
Untukmu